Kategori

Tampilkan postingan dengan label Scientific writing 101. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Scientific writing 101. Tampilkan semua postingan

Minggu, 10 Mei 2020

Scientific writing 101 – for first-timer

Memulai menulis ilmiah - untuk pemula

***sebuah catatan pribadi
Beberapa hari yang lalu, salah satu teman sesama PhD mengirim draft introduction section, bagian dari manuscript pertama dia dari project PhD-nya. Awalnya, saya hanya ingin baca dan tidak bermaksud memberi ‘komentar’ , karena saya tau tulisan itu masih draft. Artinya, masih berupa ide dasar. Terlebih, bagian introduction kemungkinan besar akan dirombak lagi, menyesuaikan alur pembahasan dan sangat tergantung pada results section –  data yang mana yang ingin di ‘highlight’.
Setelah saya baca hingga selesai. Informasi yang diberikan sangat acak, tidak ada alur cerita yang menyeluruh. Saya maklum, “ah cuman draft ini, biarin ajah”. Tapi kemudian saya ingat diri saya sendiri saat menulis paper PhD pertama saya – I have no idea where to go, I have no idea what to write, I have no clue which direction I have to take – all I have just a blank page for several hours.
Saya coba berbagai macam hal: bikin coretan dikertas ala – ala ‘mind mapping’, bikin berbagai macam (jenis) plot dari data yang saya punya, nge-baca paper ini itu (yang sudah saya rangkum sedemikian rupa mulai awal masa PhD), ngobrol sama supervisors (yang ujung-ujungnya dikasih bejibun bahan bacaan lagi), ngopi dikantin mencari inspirasi, dan lainnya dan sebagainya - It takes sometimes, until I short it out – saya harus ‘memulai menulis’ dari mana…
Inget kejadian itu, saya akhirnya membuat poin – poin untuk membantu teman saya: mau dibawa kemana bagian introduction ini. Tentunya berdasarkan ide yang sudah dia tulis. Cuman jalan ceritanya dirunutkan.
Kemudian, saya juga memutuskan untuk mencatat - bagaimana pada akhirnya saya melangkah dari enggak tau ‘gimana memulainya’ di paper pertama, hingga marathon nulis. Katanya “The first step is always the hardest” – sepertinya memang begitu. Tapi enggak 100% benar juga, first timer-pun kalo ada ilmunya dan tau caranya pasti akan lebih mudah.
Tulisan ini hanya sebuah catatan pribadi, sebuang ringkasan dari pengalaman pribadi saya dalam mencoba berbagai macam cara untuk ‘memulai menulis’. Tujuan didokumentasikan seperti ini untuk membantu saya dimasa depan  bagaimana cara ‘memulai menulis’ – dan untuk siapa saja yg membaca tulisan ini, semisal ingin mencoba cara serupa biar lebih mudah untuk ‘memulai menulis’.
ð  Note: tulisan ilmiah saya berdasarkan penelitian kuantitatif dalam ilmu alam (bukan social science) – jadi mungkin agak berbeda pendekatannya dengan peneliatian kualitatif atau campuran dalam ilmu social. Pun, juga akan berbeda jika menulis dalam bentuk review paper.

Where to start writing? 

Sebenernya ga ada aturan khusus harus dimulai darimana, tapi menurut pengalaman saya agar lebih mudah dan lebih terstruktur kita bikin semacam ‘template’ atau kerangka, seperti outline. Langkah – Langkah selanjutnya bisa mengikuti. Template ini berfungsi sebagai ‘lemari/rak’ untuk menaruh barang. Kalau kita udah punya lemari penyimpanan, kita sudah punya tempat untuk menaruh ‘ide’ jika seawaktu-waktu idenya spontan berdatangan. 
1.    Kerangka outline (template)
Ga usah terlalu detail. Cukup tulis bagian umum yang biasanya dibutuhkan untuk manuscript/skripsi/thesis/disertasi. Contoh:
Judul
abstract
1)    Introduction
2)    Material and methods
3)    Results
4)    Discussions
5)    Conclusions  
     references
Ada juga yang lebih suka nulis ‘results and discussion’ jadi satu section. Boleh saja, terserah – yang penting ‘lemari’nya udah ada dan bisa ditambahkan/dikurangi sambil jalan. Masukkan informasi yang sudah ada missal nama – nama co-authors, institusinya dll. Bagian Judul, abstract dan conclusion – biasanya ditulis diakhir, setelah semuanya selesai. Demi keindahan/kerapian template, dimasukkan ajah. Kalau mau lebih rapi jali, bisa di-link-kan sama opsi heading di ms.word. Nantinya juga akan lebih mudah berpindah-pindah dari satu section ke section lainnya, kalau tulisannya udah berlembar-lembar. hahaa
2.    Tulis bagian yang paling mudah terlebih dahulu
Ini tips dan trik yang paling umum diberikan, dan karena ukuran ‘mudah’ itu relative tergantung orangnya. Jadi mari kita ganti jadi “tulis bagian yang sudah pasti ada”, yaitu material and methods. Terkadang, bagian ini bisa ditulis saat pengambilan data sedang dilakukan. Misalnya bagian metode, tinggal menulis ajah apa yang sudah kita lakukan. Nanti tinggal ‘dipoles’ kalimatnya. Alat dan bahan juga begitu, khan udah ditentukan kita pakai alat apa ajah, dan bahan apa ajah.
Menurut saya pribadi (dan kebanyakan orang), bagian ini adalah bagian yang paling mudah untuk ditulis terlebih dahulu.
3.    Membuat figure/grafik/gambar
Biasanya kalau penelitiannya kuantitatif kita sudah punya database berisi data/parameter apa saya yang kita punya. Kalau belum punya bikin dulu, kumpulin semua data/parameter di satu file – kalau berupa angka biasanya bisa ditaruh di ms.excel (atau sebayanya). Kemudian, kita bisa mulai membuat grafik/figure dari data ini.
Tujuan utama membuat figure adalah untuk memvisualisasikan data, membantu pembaca untuk memahami data kita dan membantu pembaca mengikuti alur penjelasan kita.
Untuk first timer, biasanya bingung mau bikin figure/grafik yang seperti apa karena ga tau juga mengintrepetasikan datanya darimana. 😅 Nah, cara yang paling mudah itu liat publikasi yang sudah ada, istilah kasarnya ‘nyontek’. Tapi biasanya kita ga akan bisa serta - merta menyontek sama persis begitu, karena banyak faktor.
-       Misal, di publikasi itu datanya well-correlated, jadi tinggal bikin grafik X-Y trus dikasih regresi udah bagus. Tapi pas kita coba dengan data kita, kacaunya minta ampun 😝
-       Contoh lagi, ada publikasi kasih gambar perbesaran mikroskop xx-micron misalnya. Bagus gitu gambarnya terlihat jelas. Setelah kita tiru, gambar mikroskop milik kita diperbesar sampe xx-micron, hasilnya teranyta yang ada malah titik-titik doank 😜  
Jadi istilah ‘nyontek’ itu tidak tepat, bisa kita ganti dengan ‘melihat referensi’. Dari referensi ini, kita jadi punya gambaran bagaimana cara menyajikan data kita. Kemudian coba bikin ajah mirip - mirip di referensi, nanti bisa dipilih mana yang bisa dipakai. Ga usah bagus-bagus, yang penting bisa membantu kita dalam mengintrepretasikan data kita.
Kembali ke tujuan awal membuat grafik/figure, sebagai alat untuk memvisualisasikan hasil penelitian, untuk membantu kita menjelaskan atau untuk membantu orang lain memahami apa yang kita lakukan/apa yang kita temukan. Jadi figure ini juga bisa berupa gambar-gambar. Misalnya 1) peta study area, 2) experiment setup, 3) hasil perbesaran mikroskop, 4) contoh signal hasil pengukuran, dll – apapun yang bisa membantu pembaca memahami  ‘cerita’ kita. Kumpulin dah semuanya.💪
4.    Memilih 4 - 6 figure sebagai figure utama
Nah bagian ini mulai susah, harus mulai mikir à Figure yang manakah yang akan mendukung cerita saya?
Biasanya saya kumpulkan semua figure di powerpoint (atau sebayanya). Dalam 1 slide ada 1 gambar/figure. Bisa juga, dalam 1 slide ada 4 gambar/grafik, jika memang gambarnya ‘bersaudara’ atau saling berkaitan. Jadi nanti bisa dijadikan satu figure, misal figure 1A, 1B, 1C dan 1D.
Kenapa dikumpulin di powerpoint?
Dari semua figure yang saya kumpulkan dalam slide, saya pilih 4 – 6 slide sebagai figure utama. Selebihnya, tidak saya hapus dan tetap berada di slide di file yang sama, cuman saya taruh bawah ajah. Siapa tau nanti butuh. Atau bisa juga dalam perjalanan menulis, ternyata figure yang kita pilih sudah tidak relevan dengan cerita kita, bisa kita ganti dengan figure yang lain. Tinggal mindah slide nya ajah, yang ga kepake taruh bawah, yang dipake diatasin (Haha… no hapu-hapus club).  Gampang mindah-mindahin figure yang terpakai atau tidak, tanpa harus mengurangi kemudahan aksesnya jika diperlukan. Itu salah satu alasan naruh gambarnya di powerpoint.
Selain itu, di kumpulin di powerpoin supaya tidak menganggu tekst di ms. Word. Jadi di ms. Word bisa fokus dengan ‘tulisan’ – urusan layout bisa belakangan, toh tergantung jurnalnya nanti (kecuali dari awal sudah mentargetkan ke jurnal tertentu, jadi dari awal sudah harus pake template dari jurnal itu – itupun biasanya figurenya di upload sendiri tidak barengan sama textnya). Misal untuk skripsi/thesis/disertasi, bisa kita copy-paste nanti, pengaturan layout dengan gambar bisa dilakukan terakhir. Lagipula, terkadanag tuh di ms. Word suka kacau layoutnya kalo gambar dan tulisan dicampur.
5.    Menentukan alur ‘cerita’
Dari langkah 1 - 4 diatas, kita sudah punya 3 jenis file, sebut saja:
a)    Ms. Word à  untuk tulisan
b)    Excel à untuk angka
c)    Powerpoint à untuk gambar
Nah, dari powerpoint ini. Kita bisa mulai mencari ide cerita. Anggap saja, kita mau presentasi hasil penelitian kita.  Kita harus mempersiapkan 4 – 6  slide untuk membantu kita memaparkan semua hal tentang penelitian kita, mulai latar belakang, tujuan, metode, hingga hasil dan juga ‘arti’ dari hasilnya (semacam interpretasi data).
Mulai deh nyari idenya…caranya? 
👉 liat ajah terus itu semua figurenya, kira - kira poin apa yang menarik untuk dibahas. 
👉 listing the highlight points, list ajah semua dibawahnya slide itu 😉
Terutama untuk bagian results and discussion bisa dibuat poin – poin yang runit, untuk membantu mengembangkan keseluruhan isi ‘cerita’. Begitulaah….
Contoh sederhana:
(***mulai agak receh, ga usah dibaca kalo lagi ga pingin recehan)
Kita memiliki project tentang akumulasi timbal (Pb) pada organ tubuh ikan air payau. Kita ambil sampel berupa ikan dari beberapa ladang ikan air payau:
1)    tambak air payau dekat daerah industri
2)    tambak air payau dekat pelabuhan
3)    tambak dekat permukiman warga
4)    sample air masing-masing lokasi
Ada 3 jenis ikan misalnya yang kita jadikan sample. Sebelum kita analisa kadar Pb-nya, kita pisahin organnya, misal bagian insang, organ dalam, otot (dagingnya), dll.  Kemudian dianalisa (misalnya) pake Atomic adsopsion spectroscopy (AAS) atau Inductively-coupled plasma – mass spec (ICP-MS).  Udah, dapat angka khaaan…..
Slide 1 à Peta lokasi pengambilan ikan – dibuat peta sedemikian rupa untuk menggambarkan jarak pengambilan sampel dengan kondisi lingkungan (ada industry, ada pelabuhan, ada pemukiman warga ), karena kita ‘menduga’ kondisi lingkungan akan mempengaruhi tingkat akumulai (misalnya ‘hipotesis’ awal tingkat akumulasi dipengaruhi oleh asupan makanan – yg juga tergantung kondisi lingkungan).
Slide 2 à Skema analisa
Slide 3 à Kadar Pb pada tiap bagian ikan, dikelompokkan berdasarkan jenis ikan.
Slide 4 à Grafik tingkat akumulasi Pb berdasarkan jenis ikan (dihitung relative terhadap kadar Pb di air, habitat ikannya)
Dari sini kita bisa mulai merangkai kata dari ‘ide’ awal yang kita tulis di-slide. Bisa mulai menulis dari bagian results, atau discussion.


contoh skema yang bisa ditaruh di slide 2 

Misalnya:
Slide 1 à Bisa tulis di bagian method
“sample berupa ikan jenis A, B, C dengan ukuran yang hampir sama, berkisar antara 15-20 cm dengan berat 100 – 200 gram per ikan. Lokasi pengambilan sample berada kabupaten xxx (figure 1)”
Slide 3 à Semua ikan, konsentrasi paling tinggi di bagian insang. Paling tinggi di insang ikan A. Bisa ditulis di bagian results and discussion
“Secara umum, kadar Pb tertinggi terdapat pada insang ikan. Teruma untuk pada ikan jenis A, kadar Pb berkisar antara xx –xx pada bagian insang. Hal ini dapat disebabkan karena ikan jenis A makannya lewat insang ga lewat mulut (blab bla bla – refensi). Oleh sebab itu jangan makan insangnya ikan, apalagi ikan jenis A”

***begitulah seterusnya. Kapan – kapan share tentang planning draft manuscript sama me-manage literature review. Kalo share tentang writing technique, contoh recehnya harus dalam Bahasa inggris keknya ya

Senin, 21 Februari 2011

Pupuk Cair dari Urine Sapi

Pembuatan Pupuk Cair Dari Urine Sapi
Selama ini masih jarang penggunakan urine sapi sebagai pupuk padahal urine sapi memiliki prospek yang bagus untuk diolah menjadi pupuk cair karena mengandung unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman secara lengkap seperti N, P, K, Ca, Mg yang terikat dalam bentuk senyawa organik. Urine sapi yang paling baik untuk diolah menjadi pupuk cair adalah urine sapi murni segar (kurang dari 24 jam) yang belum bercampur dengan cemaran lain yang ada dalam kandang. Dalam pembuatan pupuk urine, setiap 200 liter urine sapi segar membutuhkan bakteri pengurai yang berupa produk EM4 atau biotani sebanyak 0,5 % dan molases sebagai energi bakteri sebanyak 1 liter.

Langkah – langkah pembuatan pupuk cair  dari urine sapi dalam skala kecil :
  • Siapkan tong plastik (bisa digunakan tong bekas wadah cat tembok ukuran 25 kilogram (kg), lengkap dengan tutupnya), urine sapi ± 5 L, bakteri EM4 ±25mL, air gula bathok ±25 mL (atau gunakan tetes tebu yang dijual dipasaran)
  • Masukkan ±5 mL urine sapi kedalam tong yang sudah disiapkan
  • Masukkan bakteri EM4 ±25mL (± 2 -3 sendok makan) kedalam tong yang berisi urin tersebut
  • Masukkan juga larutan gula ( molasses atau tetes tebu) sebanyak ±25 mL (± 2 - 3 sendok makan)
  • Diaduk hingga rata
  • Kemudian tutup rapat tong tersedut dan diamkan selama 21 hari
setelah 21 hari, buka tutup tong, jika terdapat buih di permukaan cairan bahan, maka pupuk cair dari urine sapi sudah siap digunakan. Kalo malah muncul banyak gumpalan dan lendir, bisa jadi belum berhasil, tapi jangan dibuang, masih bisa dikoreksi. Ciri lain bahwa urin sapi tersebut sudah menjadi pupuk, yaitu cairan yang dihasilkan sudah tidak berbau (Bau tidak begitu menyengat).

Kelebihan  pupuk cair dai urine sapi ini adalah prosesnya cepat, biayanya cukup murah, mudah diserap oleh tanaman, dan tidak menimbulkan bau.

Tim KKN desa Kendal Rejo feat NGaglik
FMIPA - UB

~Punctuatuion~

something from my scientific writing class
~semoga bermanfaat~

Scientific Writing Class
1. i.e. (that is)
Example:
"Software is like entropy. It is difficult to grasp, weighs nothing, and obeys the second law of thermodynamics; i.e., it always increases."
(Norman R. Augustine)
  • What i.e. stands for in Latin: id est
  • What i.e. means in English: that is
  • How i.e. is punctuated: with periods after i and e, followed by a comma
  • How i.e. is used: to introduce an explanatory phrase or clause
  • How i.e. should not be used: as a synonym for because.
  • How i.e. can be avoided: use "that is" instead.
2. e.g. (for example)
Example:
"One and the same thing can at the same time be good, bad, and indifferent, e.g., music is good to the melancholy, bad to those who mourn, and neither good nor bad to the deaf."(Baruch Spinoza)
  • What e.g. stands for in Latin: exempli gratia
  • What e.g. means in English: for example
  • How e.g. is punctuated: with periods after e and g, followed by a comma
  • How e.g. is used: to introduce examples
  • How e.g. should not be used: as a synonym for etc. or to introduce an all-inclusive list.
  • How e.g. can be avoided: use "for example" or "for instance" instead.
3. et al. (and others)
Example:
"Why is it that any time any of us mentions that women can be something other than just mothers, teachers, nurses, et al., some mother, teacher, nurse, et al. comes in demanding that we re-affirm that it’s okay to be a mother, teacher, nurse, et al.?"
(Shelley Powers)
  • What et al. stands for in Latin: et alii
  • What et al. means in English: and others
  • How et al. is punctuated: with a period after the l but not after the t
  • How et al. is used: in bibliographic citations or in informal or technical writing to suggest the logical continuation of a list of people (not things)
  • How et al. should not be used:
    1. after and;
    2. as a synonym for e.g. or etc.;
    3. in reference to things;
    4. vaguely to refer to "others" that are not at all clear to the reader.
  • How et al. can be avoided: specify all of the items in a list or use "and so on."
4. etc. (and so on)
Example:
"None of my own experiences ever finds its way into my work. However, the stages of my life--motherhood, middle age, etc.--often influence my subject matter."
(Anne Tyler)
  • What etc. stands for in Latin: et cetera
  • What etc. means in English: and other things
  • How etc. is punctuated: with a period at the end
  • How etc. is used: in informal or technical writing, to suggest the logical continuation of a list of things (not, as a general rule, of people)
  • How etc. should not be used:
    1. after and;
    2. as a synonym for e.g. or et al.;
    3. in reference to people;
    4. vaguely to refer to "other things" that are not at all clear to the reader.
  • How etc. can be avoided: specify all of the items in a list or use "and so on."
Block quote
Definition :
A direct quotation that is not placed inside quotation marks but instead is set off from the rest of a text by starting it on a new line and indenting it from the left margin.
Function :

  1. Discussing specific arguments or ideas.
  2. Giving added emphasis to a particularly authoritative source on your topic.
  3. Analyzing how others use language.

  • Block quotes are used only “If a quotation runs more than four lines in your paper” (Gibaldi 110).
  • Always use a colon at the end of the signal phrase.
  • Quotation marks are not used to open/close block quotes.
  • Block quotes are indented 10 spaces from the left margin, but if a 10 space indentation makes the block quote match up with the paper’s standard paragraph indentation then it is acceptable to indent the block quote an additional tab space. It is not acceptable for paragraph indentations and block quote indentations to match up, for the block quote indentation must be deeper.
  • Block quotes run flush to the right margin.
  • Punctuation goes at the end of the quote’s final sentence, not after the page number.