Express way Gwangju layaknya jalan malang – pasuruan, jalan raya
kebun raya purwodadi, sepi, hanya beberapa mobil kecil menyusuri jalan
lebar. Gedung – gedung apartemen yang menjulang tinggi menyadarkanku,
“ini bukan purwosari, dan aku bukan sedang mengendarai sepeda motor,
perjalanan pulang dari kota Malang”. Antara alam bawah sadar dan kenyataan
begitu dekat, “aku akan pulang – aku dirumah – aku di Malang”. Mataku
membuatku bingung, aku melihat Seyong oppa duduk disebelah kananku, dan
Professor disebelah kiriku “kenapa mereka ada bersamaku ‘dirumahku’??”.
Seorang tak kukenal memegang setir kendaraan yang kutumpangi, bergurau,
melontarkan lelucon dan aku ikut serta tenggelam dalam tawa, aku berada
di dalam mobil limusin, aku, Professor, Seyong oppa dan Mijin Onni.
Semua
yang ada disekitarku sangat familiar, seakan aku dirumah, aku sedang
melakukan perjalanan Malang – Bangil bersama mereka, Korean, dan aku
ikut menyelam dalam canda gurau mereka, seakan mereka berbicara dengan
bahasa yang bisa aku mengerti.
Gwangcheon terminal,
Gate 1. Airport Bus, Gwangju-Incheon 2:15 AM. Koper kecil mungilku,
koper labmateku, neuron otakku tak henti mem “I will be home soon, yeah”. Bus bandara itu seakan
milik kami, kami adalah satu – satunya rombongan penumpang di bis itu.
Gwangju – Incheon, dengan headset pendukung autisme, kututup telingaku
dalam perjalanan dengan musik – musik Korean terbaru. Kututup mata, dan
tak lama kemudian, bangunan futuristic dengan kubah mengkilat, elips
tinggi besar, kuliat dari tempat duduk bis yang aku tumpangi – Incheon
Airport.
Sedikit kuatir karena perminyakan yang saya bawa di
bagasi, cek in berjalan mulus, walaupun kami harus masuk security
check office karena beberapa box yang kami bawa berisi cairan lebih dari
1 liter. Pretty woman yang kami sebut professor dengan mudahnya
meloloskan kami untuk tinggal di security check room lebih lama, hanya
dengan beberapa kata.
My Woman Professor and my Labmates
Onni, membuatku berputar – putar lebih lama di duty free, dan daerah
shopping area di airport. Sepertinya, terbang kesana kemari, belanja
disana dan disini, dengan brand international sudah jadi
santapan standart mereka. Iyah, dalam sekejab mijin Onni sudah menenteng
beberapa tas belanja, Hyunji Onni menggembungkan tasnya, dan Seam Onni
sukses membeli sunglasses Oakley yang dibayarnya dengan menggesek kartu
kredit milik suaminya. Dengan banyak tambahan barang hasil belanjaan,
kami menuju gate terakhir di Incheon, menuju lobi ruang tunggu untuk
boarding. Seyong oppa dengan custom pinknya, duduk manis bersama
laptopnya. Dengan wajah serius ia menggerakkan jarinya kesana kemari di
keyboard dan mousepad laptop. “mahasiswa yang baik, belajar dimanapun
berada”, aku menggodanya, “aku belum buat presentasi buat labmeeting”,
“hehehe – aku juga, sambil menjulurkan lidah dengan mimik mencibir
(dalam bahasa korea dengan spelling yang sedikit kubuat – buat)”. Dia
melemparku dengan gumpalan bungkus permen, sambil berkata “dasar
bayi….!!!”. Seam onni yang sedang memeluk botol minuman kesayangannya
tertawa kecil, dan menjawab “aku juga, aku akan kerjakan di pesawat”.
Professor, duduk manis di bangku ujung deretan bangku yang aku duduki,
duduk manis, sibuk dengan kegiatannya, me-review paper. Itulah
professor, dimanapun berada, paper adalah teman baiknya.
Perjalanan
berasa panjang, dengan goncangan – goncangan kecil. Terlebih saat aku
yang kelaparan dan sedang menyantap makanan, pesawat terguncang panjang,
walaupun ringan membuatku sangat kenyang dan tak ingin makan lagi.
Sepanjang perjalanan kuhabiskan dengan mencoba berbagai macam gaya
tidur, dan sukses gagal total, rencana untuk membuat presentasi untuk labmeeting di hotel tempat kami menginap.
Pesawat menyentuh tanah dengan suara mendesir keras
beberapa menit, membuatku memberi bintang 2 untuk model landing pesawat
yang aku tumpangi kali ini. Imigrasi cek, Mijin onni mulai membagikan
e-ticket kami untuk on arrival visa, dan baru kali ini, saya bangga
dengan passport saya yang bertuliskan “Republic of Indonesia”. Salah
satu labmateku memberi senyum manis setelah aku melewati imigrasi
“wah, selamat datang di negaraku”.
“wah, selamat datang di negaraku”.
Kami berjalan menuju klaim bagasi, sambil mendiskusikan cuaca yang mulai menggoda kami. Seam dan mijin Onni mendeskripsikan cuaca dan suasana tahun - tahun sebelumnya...seyong oppa, seperti biasa, menjadikanku sasaran objek pembicaraan.
"Indah, panas banget loh - kamu yakin bisa tahan"
"aku lahir dan besar di negara tropis, mungkin aku akan mati kepanasan"
kulempari senyum sinis~
"aku lahir dan besar di negara tropis, mungkin aku akan mati kepanasan"
kulempari senyum sinis~
Berasa nendang banget, tertampar oleh cuaca. Berasa banget disurabaya.
Incheon airport - South Korea
Saigon airport - Vietnam
dua master dan dua PhD
*profesornya yg suruh motoin - sumprit go sopan
* well, tapi aq ga ngurus.. yg penting gaya
*profesornya yg suruh motoin - sumprit go sopan
* well, tapi aq ga ngurus.. yg penting gaya
Saigon Airport
1 Mei 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar