Senin, 30 April 2012

saya lahir dan besar di negara tropis

Express way Gwangju layaknya jalan malang – pasuruan, jalan raya kebun raya purwodadi, sepi, hanya beberapa mobil kecil menyusuri jalan lebar. Gedung – gedung apartemen yang menjulang tinggi menyadarkanku, “ini bukan purwosari, dan aku bukan sedang mengendarai sepeda motor, perjalanan pulang dari kota Malang”. Antara alam bawah sadar dan kenyataan begitu dekat, “aku akan pulang – aku dirumah – aku di Malang”. Mataku membuatku bingung, aku melihat Seyong oppa duduk disebelah kananku, dan Professor disebelah kiriku “kenapa mereka ada bersamaku ‘dirumahku’??”. Seorang tak kukenal memegang setir kendaraan yang kutumpangi, bergurau, melontarkan lelucon dan aku ikut serta tenggelam dalam tawa, aku berada di dalam mobil limusin, aku, Professor, Seyong oppa dan Mijin Onni.

Semua yang ada disekitarku sangat familiar, seakan aku dirumah, aku sedang melakukan perjalanan Malang – Bangil bersama mereka, Korean, dan aku ikut menyelam dalam canda gurau mereka, seakan mereka berbicara dengan bahasa yang bisa aku mengerti.  

Gwangcheon terminal, Gate 1. Airport Bus, Gwangju-Incheon 2:15 AM. Koper kecil mungilku, koper labmateku, neuron otakku tak henti mem “I will be home soon, yeah”. Bus bandara itu seakan milik kami, kami adalah satu – satunya rombongan penumpang di bis itu. Gwangju – Incheon, dengan headset pendukung autisme, kututup telingaku dalam perjalanan dengan musik – musik Korean terbaru. Kututup mata, dan tak lama kemudian, bangunan futuristic dengan kubah mengkilat, elips tinggi besar, kuliat dari tempat duduk bis yang aku tumpangi – Incheon Airport.
Sedikit kuatir karena perminyakan yang saya bawa di bagasi, cek in berjalan mulus, walaupun kami harus masuk security check office karena beberapa box yang kami bawa berisi cairan lebih dari 1 liter. Pretty woman yang kami sebut professor dengan mudahnya meloloskan kami untuk tinggal di security check room lebih lama, hanya dengan beberapa kata.

My Woman Professor and my Labmates Onni, membuatku berputar – putar lebih lama di duty free, dan daerah shopping area di airport. Sepertinya, terbang kesana kemari, belanja disana dan disini, dengan brand international sudah jadi santapan standart mereka. Iyah, dalam sekejab mijin Onni sudah menenteng beberapa tas belanja, Hyunji Onni menggembungkan tasnya, dan Seam Onni sukses membeli sunglasses Oakley yang dibayarnya dengan menggesek kartu kredit milik suaminya. Dengan banyak tambahan barang hasil belanjaan, kami menuju gate terakhir di Incheon, menuju lobi ruang tunggu untuk boarding. Seyong oppa dengan custom pinknya, duduk manis bersama laptopnya. Dengan wajah serius ia menggerakkan jarinya kesana kemari di keyboard dan mousepad laptop. “mahasiswa yang baik, belajar dimanapun berada”, aku menggodanya, “aku belum buat presentasi buat labmeeting”, “hehehe – aku juga, sambil menjulurkan lidah dengan mimik mencibir (dalam bahasa korea dengan spelling yang sedikit kubuat – buat)”. Dia melemparku dengan gumpalan bungkus permen, sambil berkata “dasar bayi….!!!”. Seam onni yang sedang memeluk botol minuman kesayangannya tertawa kecil, dan menjawab “aku juga, aku akan kerjakan di pesawat”. Professor, duduk manis di bangku ujung deretan bangku yang aku duduki, duduk manis, sibuk dengan kegiatannya, me-review paper. Itulah professor, dimanapun berada, paper adalah teman baiknya.

Perjalanan berasa panjang, dengan goncangan – goncangan kecil. Terlebih saat aku yang kelaparan dan sedang menyantap makanan, pesawat terguncang panjang, walaupun ringan  membuatku sangat kenyang dan tak ingin makan lagi. Sepanjang perjalanan kuhabiskan dengan mencoba berbagai macam gaya tidur, dan sukses gagal total, rencana untuk membuat presentasi untuk labmeeting di hotel tempat kami menginap.

Pesawat menyentuh tanah dengan suara mendesir keras beberapa menit, membuatku memberi bintang 2 untuk model landing pesawat yang aku tumpangi kali ini. Imigrasi cek, Mijin onni mulai membagikan e-ticket kami untuk on arrival visa, dan baru kali ini, saya bangga dengan passport saya yang bertuliskan “Republic of Indonesia”. Salah satu labmateku memberi senyum manis setelah aku melewati imigrasi
wah, selamat datang di negaraku”.


Kami berjalan menuju klaim bagasi, sambil mendiskusikan cuaca yang mulai menggoda kami. Seam dan mijin Onni mendeskripsikan cuaca dan suasana tahun - tahun sebelumnya...seyong oppa, seperti biasa, menjadikanku sasaran objek pembicaraan.
"Indah, panas banget loh - kamu yakin bisa tahan"
"aku lahir dan besar di negara tropis, mungkin aku akan mati kepanasan"
kulempari senyum sinis~

Berasa nendang banget, tertampar oleh cuaca. Berasa banget disurabaya.   

 Incheon airport - South Korea


Saigon airport - Vietnam


dua master dan dua PhD
*profesornya yg suruh motoin - sumprit go sopan
* well, tapi aq ga ngurus.. yg penting gaya



filtration - liat orang subtropis kepanasan - lebay abies




member of sampling team



The last sampling site - Mekong delta estuary



Me en My professor



Biota Identification



Hutan bakau (hutan bakau tropis terbesar diseluruh dunia)


Me en Mijin Onni


Saigon Airport
1 Mei 2012

Tidak ada komentar: